Finally, penantian panjang pun terbayar juga. Salah satu film franchise adaptasi dari komik Marvel yang mempunyai banyak fanbase ini kembali lagi. X-Men pertama kali dibawa ke layar lebar oleh sang sineas Bryan Singer pada tahun 2000 kemudian berlanjut sekuelnya X2 pada tahun 2003. Film yang bercerita tentang para mutan ini sempat mengalami keterpurukan pada X-Men: The Last Stand dan X-Men Origins: Wolverine, dimana tidak lagi Bryan Singer yang duduk di bangku penyutradaraannya. Hingga pada tahun 2011, X-Men yang bertajuk First Class kembali mendapatkan masa jayanya dengan arahan sutradara baru, Matthew Vaughn. Untuk mempertahankan ritme kesuksesannya, The Wolverine pada tahun 2013 dibuat demi menjadi jembatan penghubung menuju franchise teranyarnya saat ini, Days of Future Past yang tak tanggung-tanggung menghadirkan sang sesepuh, Bryan Singer untuk kembali menahkodainya. Tentu saja hal ini menjadi kabar gembira bagi para fans, apalagi di Days of Future Past ini sang sineas semacam mengadakan acara reuni dengan mempertemukan karakter X-Men generasi First Class dengan generasi The Last Stand. Sound's like hilarious, isn'it?
But first, sebelum saya bercerita lebih lanjut tentang hingar bingar Days of Future Past, let me tell you about the sypnosis. Days of Future Past membawa kita ke masa depan dimana kaum mutan mengalami masa kegelapan, dimana kaum mutan tengah diburu oleh pasukan robot bernama Sentinel. Beberapa mutan yang berhasil survive seperti Bishop (Omar Sy), Sunspot (Adan Canto), Warpath (Boooboo Stewart), Blink (Bingbing Fan), Colossus (Daniel Cudmore), Iceman (Shawn Ashmore), dan Kitty Pride (Ellen Page) bertemu dengan tim mutan dari Professor X (Patrick Stewart) yg terdiri dari Magneto (Ian McKellen), Wolverine (Hugh Jackman), dan Storm (Halle Berry). Demi menyelamatkan kaum mutan yg saat ini tengah berada di ambang kepunahan, Wolverine harus dikirim ke masa lalu guna mengubah sejarah. Perjalanan mutan bercakar adamantium itu pun tentu saja tak mudah. Wolvi harus meyakinkan Charles Xavier muda (James McAvoy) yang saat itu tengah mengalami depresi. Bersama dengan Beast (Nicholas Hoult), Quicksilver (Evan Peters), dan Erik Lensherr muda (Michael Fassbender) mereka siap menghentikan Mystique (Jennifer Lawrence) yang ternyata menjadi awal mula Sentinel semakin kuat.
I always thought, bukanlah menjadi pekerjaan yang mudah bagi Bryan Singer untuk menghubungkan benang merah antara generasi X-Men yang berbeda. But, he did so right. SO RIGHT, of course! Dengan script borongan garapan Simon Kinberg, Jane Goldman, dan tentu saja Matthew Vaughn, sang sineas mengeksekusinya dengan sangat rapi, bahkan juga begitu memperhatikan hal-hal kecil yang teramat detail. Segala pernyataan dihidangkan secara jelas untuk menyawab segala pertanyaan penonton; "Kenapa bisa begini?" "Kenapa bisa begitu?". Menontonnya pun terasa begitu menyenangkan dan mengalir begitu saja, durasi sepanjang 2 jam lebih tak terasa sama sekali. Tentu saja Days of Future Past tetaplah film X-Men, yang sudah wajib hukumnya untuk menyertakan adegan penuh sarat aksi. Sesuai dengan spesialis kekuatan para mutan, adegan dimana mereka harus bertarung adalah sebenar-benarnya memanjakan mata. Singer tahu betul bahwa adegan aksi melibatkan mutan tersebut harus disajikan dengan mengalami perkembangan dari seri X-Men sebelumnya, dan yah he did so right again. Did you remember when the magneto was controlling the bridge in X-Men: The Last Stand? Saya bisa memastikan itu tak ada apa-apanya dibandingkan apa yang Magneto lakukan di Days of Future Past ini. Yep, katakanlah saya kekanak-kanakan tapi memang betul saya berteriak girang kala menontonnya.
Sebenarnya apa yang paling menonjol dari Days of Future Past, ini bukanlah lagi tentang film X-Men dimana Wolverine menjadi sosok sentral. Memang benar dia masih berperan besar di sini tapi itu memang karena sudah sesuai dengan porsinya sehingga tidak menutupi karakter lain untuk mengalami perkembangan karakterisasi. Setiap karakter mutan mampu meyakinkan dirinya untuk mudah disukai penonton sehingga baik dari mereka yang mempunyai peran dengan porsi yang sedikit ataupun besar, it just doesn't matter. Lihat saja Blink dan Quicksilver yang minim aksi tapi masih tetap begitu memikat. Bahkan pesta kemeriahan Days of Future Past juga turut dimeriahkan oleh cameo karakter mutan dari seri X-Men sebelumnya yang sekaligus mengobati kerinduan dari fans. Beruntung Days of Future Past juga didukung dengan visual yang bagus, tatanan busana yang menarik, hingga rentetan dialog humoris yang memancing tawa hingga dialog karakterisasi yang luar biasa sehingga semakin sulit bagi saya untuk tidak menyempatkan kedua kalinya menonton lagi. Saya memang bukanlah pengikut X-Men dari komik, tapi saya bisa merasakan betul betapa orgasme bahagianya mereka yang memang benar fans X-Men dari komiknya menyaksikan Days of Future Past ini. At least, I think it is the best summer movies so far in this year. Go to see it and happy movie-orgasm, dude!
Note: Pssst...there is only one after credit scenes on Days of Future Past at the very end of the credits roll.